Kicau Medsa - Indonesia memang memiliki masyarakat yang sangat religius, hal apapun selalu bisa kaitkan dengan berbagai mitos, termasuk mitos burung trucukan yang juga memiliki tempat untuk selalu diperbincangkan oleh masyarakat. Ya, dalam kesempatan kali ini kami akan mengajak mkicau lovers untuk membahas mitos terkait burung trucuk, dimana orang sunda lebih sering menyebut burung ini dengan nama jogjog atau cerukcuk.
Dan seperti cerita mitos pada umumnya, kita boleh percaya atau bahkan tidak sama sekali dengan cerita yang beredar, karena biasanya mitos seperti ini didibentuk berdasarkan pengamatan atau ada niatan khusus. Dan berikut beberapa mitos yang mewarnai burung trucukan.
Si Pembawa Rezeki
Terkait dengan katuranggan burung trucukan, salah satu yang sering menjadi perbincangan adalah bahwa burung ini termasuk burung yang membawa rezeki bagi pemeliharanya. Katurangan sendiri sebenarnya sering melekat pada burung lain seperti perkutut dan burung puter, khususnya dalam masyarakat Jawa. Dan katurangan sendiri sebenarnya salah satu ilmu yang dimiliki oleh orang jawa, untuk niteni atau melihat sebuah pola dalam sebuah pengamatan.
Jika kita tarik kesimpulan antara karakter burung trucuk sebagai pembawa rezeki memang ada benang merahnya. Jika kamu termasuk orang yang memelihara burung ini, tentu kamu tahu bahwa burung trucuk adalah burung yang akan berkicau atau ngoceh dengan lantang pada pagi hari sebelum matahari terbenam.
Beberapa orang memanfaatkan hal ini sebagai alarm alami, dimana jika burung trucukan yang mereka pelihara sudah berkicau, itu artinya sudah mau pagi dan harus segera melakukan aktivitas. Jika burung ini ternyata bisa membangunkan pemiliknya pada pagi hari, tentu saja masuk akal kenapa banyak orang mengatakan burung trucukan sebagai burung penarik rezeki.
Trucukan Juara Bersarang di Bambu
Mitos burung trucukan yang kedua ini memang tidak masuk kedalam ranah gaib seperti sebelumnya, namun cerita ini juga sudah menyebar dikalangan masyarakat dan memang belum ada penelitian yang bisa membuktikannya, yakni jika ada burung trucukan yang bersarang di bambu, maka anakannya akan menjadi trucukan juara yang memiliki kicauan luar biasa.
Cerita tentang burung yang bagus adalah burung yang bersaran di bambu memang sering kali terjadi, tidak hanya pada burung trucukan saja, kami juga pernah mendengar cerita semacam ini untuk burung cendet.
Namun sekali lagi, ini adalah mitos yang bisa benar dan salah. Bahkan beberapa kicau mania juga ada yang tidak terlalu suka dengan burung trucukan yang hidup di daerah bambu, karena menurut pengalamannya, burung seperti ini memiliki postur yang kecil, sehingga suara ocehannya tidak terlalu bagus.
Trucukan Terbaik Bersarang di Pohon Buah
Seperti yang sudah kami katakan diatas bahwa beberapa orang tidak suka dengan burung yang membuat sarang di daerah bambu, namun lebih suka dengan burung trucuk yang membuat saran di pohon berbuah, konon burung trucukan yang seperti ini akan menghasilkan anakan yang berkualitas, badannya besar dan sangat pintar, dalam artian kicauannya sangat memukau.
Terkait hal ini, mungkin ada kaitannya dengan karakter burung trucuk yang memang memakan buah-buahan. Jika burung tersebut membuat sarang pada pohon berbuah, misalnya buah jambu air, tentu anak burung akan mendapatkan banyak makanan, dengan begitu kebutuhan nutrisi burung terpenuhi yang akhirnya bisa membuat anakan trucuk berkembang dengan baik.
Itulah 3 mitos burung trucukan yang selama ini sering kami dengar dan di perbincangkan dikalangan pecinta burung trucuk. Sekali lagi, mitos adalah suatu kepercayaan yang belum bisa dipastikan kebenarannya, dan akan jauh lebih baik bagi kita untuk menempatkan mitos sebagai sebuah mitos, yakni keberagaman cerita unik yang ada pada sebuah burung.
sumber : mkicau.com
No comments: